Minggu, 31 Juli 2022

Menguasai, memahami dan menghayati makna Akidah Islam dan iman kepada Allah dan berbagai aspeknya, serta mengidentifikasiruang lingkup akidah Islam.

1
1. Memahami hakikat Akidah Islam dan Posisi Akidah dalam Ajaran Islam. 2. Memahami dan meyakini tentang Allah dan Kemaha-Esaan Allah. 3. Memahami tauhid dan berbagai aspeknya 1. Hakikat Akidah Islam 2. Ruang lingkup Akidah Islam 3. Hakikat Iman kepada Allah 4. Dalil Iman Kepada Allah 5. Hakikat Tauhid 2 URAIAN MATERI A. Akidah Islam 1. Definisi Akidah Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Malak Jibril pernah datang kepada Rasulullah dengan menyerupai manusia dan bertanya tentang tiga hal yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Tiga hal yang merupakan dimensi ajaran (syariat) Islam, Keimanan merupakan konsepsi akidah Islam yang menjadi Ushul (Dasar) dari agama Islam, sedangkan Islam dalam penjelasan hadits tersebut menjelaskan domain syariah dan atau ibadah Amaliyah yang didasarkan pada akidah, kemudian dari akidah dan ibadah tersebut bila dilakukan dengan benar akan melahirkan ihsan dan akhlak mulia yang merupakan misi besar Rasulullah saw. امنا بعثت ألمتم ماكرم ا ألخالق Tiga hal tersebut bila dianalogikan maka ibarat pohon akidah (Iman) sebagai akarnya, Islam (fiqih dan Ibadah) sebagaai batangnya dan ihsan sebagai bunga dan buahnya. Berdasarkan riwayat di atas Syariah dapat dibagi menjadi dua yaitu: I’tiqodiyah dan ‘amaliyah. I’tiqodiyah adalah sesuatu yang menjadi dasar bagaimana perbuatan manusia, atau kepadanya didasarkan bagaimana perbuatan manusia, seperti keyakinan akan Keesaan Allah dan kewajiban menyembah allah Sedangkan ‘amaliyah adalah: sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana perbuatan manusia seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Maka dari itu keimanan dalam pembahasan ini merupakan dimensi akidah. Akidah secara Bahasa Akidah diambil dari kata al ‘aqdu yang merupakan bentuk infinitive (masdar) darai kata ‘aqoda ya’qidu yang berarti mengikat sesuatu. Akidah merupakan “amalun qolbiyun” atau keyakinan dalam hati tentang sesuatu dan dia membenarkan hal tersebut. Akidah mengikat hati seseorang dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Maha Esa yang ada yang wajib disembah yang merupakan pencipta dan pengatur alam semesta beserta isinya. Ikatan yang kuat tanpa ada keraguan sedikitpun. 3 Sedangkan secara istilah aqidah adalah sesuatu yang pertama kali harus diimani dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan menerima sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau secara sederhana aqidah Islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang kemudian dikenal dengan rukun Iman. Akidah sebagai hal pertama yang harus diyakini seorang muslim ini menjadikannya sebagai dasar atas praktek beragama seorang muslim juga menjadi dasar dari sahnya amal seorang muslim, dalam kata lain benar atau sahnya suatu amal didasarkan juga pada benarnya akidah. Menurut Yusuf Qardawi Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jika kata Akidah diikuti dengan kata Islam, maka berarti ikatan keyakinan yang berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut sama dengan kata iman (keyakinan) yang terpatri kuat dalam hati seseorang muslim. Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati yang melahirkan dan merefleksikan, kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah Swt. Oleh sebab itu seseorang yang ber- akidah Islamiyah yang benar adalah seseorang yang keterkaitan antara hati, ucapan dan perbuatannya secara kuat dan padu terhadap ajaran Islam sehingga melahirkan akhlak yang terpuji baik terhadap Allah atau terhadap sesama makhluk. . Adapun prestasi seseorang yang belajar ber akidah atau beriman kepada ajaran Islam bertingkat-tingkat sesuai dingan kesucian hatinya dari perbuatan dosanya,apabila ketaatannya kepada Allah telah mampu melenyapkan sifat-sifat buruk yang bersarang dihatinya seperti diantaranya sifat iri, dengki, ria angkuh, sombong, bakhil, malas dll maka ia berhak menyandang gelar mukmin, tapi apabila ia masih suka berbuat maksiat atau dosa, ia bergelar fasiq, mukmin fasiq atau mukmin “’ashi” dan belum pantas menyandang mukmin hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Al-A’raf ayat 43 dan Al-Hijr ayat 47; َ ٰن هَّليي َهَدى ٱ ي ُديّلِله ۡ َحم ۡ ل ٱ ْ وا ُ قَال َ ُۖ و ُ َۡنََٰر لۡ ٱ ُ يري مين ََتۡييِتم ََتۡ ۡن يغ لّٖ َا َما يِف ُصُدويريِه مي ََزۡعن ن ۡن َ ََل و ٓ َٱ ۡ َو يد َي ل ََنۡتَ ي نها ل َ َما كُ َذا و َٰ َه ي ا ل ي ْ َٱن ت ٓوا نُوُد َ َح ُۖيق و ۡ ل َا يبٱ ين ب َ ۡت ُرُس ُل ر َ ء قَ ۡد َجآ َ ل هُّلِلُۖ َا ٱ ٰن ُوَن َهَدى ل َ ۡعم تَ نُُتۡ ا كُ َ ُوَها يبم ُتم ُة ُٱويرثۡ َجنه ۡ ل ُُُك ٱ ۡ ل ٤٣ Artinya: “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi 4 Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan" (QS. AlA’raf:43) ََزۡع ن م ۡن َ ي َا ًن يغ ل َما يِف ُصُدويريِه و ن َٰ َ ۡخو ِ ا َلٰ عَ ُ ُُسر َي ّٖ ي يبل ُّمتَقَ ٤٧َٰ Artinya: “Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS. Al-hijr:47) Mukmin fasiq, ‘ashi atau fasiq keimanannya naik turun, keimanan syaithon atau manusia berwatak syaithon turun terus, keimanan malaikat tidak naik dan tidak turun, sementara itu keimanan orang makmin seperti orang yang sholeh dan sholehah, para wali selalu naik keatas mencari kenikmatan spiritual dan meninggalkan selera kenikmatan material.Adapun ruang lingkup akidah menurut pendapat yang popular seperti ulama mesir Abdullah bin Abi Shalah’ (wafat 1830) Adalah iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk. Ini juga dikenal dengan rukun iman menurut keimanan pada zaman Rasulullah keimanan para shabat itu meliputi, mereka mempercayai dan menganmalkan seluruh perintah Allah dan Rasulullah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya pasti akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat baik untuk dirinya atau untuk umat Islam lainnya seperti percaya terhadap pentingnya mengamalkan “rukun iman” persatuan dan persaudaraan umat Islam dan bahayanya perpecahan dan permusuhan anatar umat Islam. Lalu kemudian pada zaman tabiin ulama ahli hadits Imam Abu Bakar Al Baehaqi menyusun kitab Syu’b al iman yang jumlah rukunnya ada 77, menurut ulama tabiin yang lain seperti Abu Hatim bin Hibban ra beliau berpendapat stelahnya meneliti seluruh ayat al-Qur an dan al-Hadits beliau berpendapat bahwa jumlah rukun iman itu ada 79. Oleh karena itu keimanan dalam agama Islam merupakan dasar atau pondasi yang di atasnya dibangun syariat Islam. Antara keimanan dan perbuatan atau akidah dan syariat keduanya saling berkaitan erat, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya seperti dua sisi mata uang. apabila akidah dan syariat Islamnya dilaksanakan secara sempurna maka akan melahirkan akhlaq yang terpuji 5 2. Sumber Akidah Islam Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an, al-Hadis dan ijtihad (dengan kemampuan akal yang sehat), sehingga mayoritas ulama pada zaman kemunduran dan perpecahan umat isiam berpendapat bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur’an sebagaimana firman-Nya dalam Surah al-Baqarah: 177 ۡ ل ٱ َ و هّلِلي اَم َن يبٱ َ يهِب َم ۡن ء ۡ ل يكهن ٱ َٰ َ ل َ ۡغيريب و َ م ۡ ل ٱ َ ۡۡشي يق و َ م ۡ ل َل ٱ َ ب ُ ُجوَهُ ُۡك قي ْ و وا ُّ ل َ ٱن تُو َ يهِب ۡ ل َس ٱ يۡ ة ه ٓئي َكي َٰ َ َمل ۡ ۞ل ل ٱ َ يخير و ٓ أ لۡ ٱ ي ۡم َو ي ي لنهيبي ٱ َ يب و َٰ يكتَ ۡ ل ٱ َ و ۧ َن... ١٧٧ Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi……” Adapun rukun yang ke enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis nabi, ketika beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab أٱن تؤمن ابهلل ومالئكته وكتبه ورسهل واليوم ا لٓخر وتؤمن ابلقدر خريه ورشه Artinya: “Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul- rasul-Nya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada qadar baik maupun buruk.” Adapun dasar hadits yang dijadikan pedoman para Tabiin adalah sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: َ ُسوُل ا هّلِلي َة قَا َل قَا َل ر َ ْر ي َ َع ْن -صل هللا عليه وسمل- َها َٱيِب ُهر ُ َضل ًة فَٱَفْ َ وَن ُشْعب ُّ ت َس ي ْو يب ْضٌع و ْ ُعوَن َٱ َ ب َس ُنيب ْضٌع و ميَا ِ » اَل ميَا ين ِ َن اَل مي َةٌ ُشْعب ُ اء َ َحي ْ ال َ يق و َما َطُة ا َلَذى َعين ال هطيري ِ َٱ ْدَنَها ا َ ا هُّلِل و َله ِ ََلَ ا ِ ْوُل ََل ا قَ )رواه البخارى ومسمل( Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan” (HR. Bukhari dan Muslim) 1 Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi keimanan kepada Allah yang wajib dipatuhi. Dalam rangka mengubah kehidupan manusia. dari yang belum sholeh menjadi shaleh dari yang belum madani menjadi madani Nabi Muhammad saw. terus menerus menyeru manusia agar mempercayai dengan sepenuh hati dan mengamalkannya dengan tulus ikhlash bahkan nikmat 1Makbatah Syamilah versi 3.45, Fathul Bari (Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani) 6 mengamalkan rukun rukun iman tersebut sehingga melahirkan amal shaleh amal yang berkwalitas dan berguna baik untuk diri seseorang atau untuk orang lain oleh karena itu nabi Muhammad dan ummatnya bertugas dibumi ini untuk menyebarkan rahmat/kasih sayang keseluruh alam baik yang lahir maupun yang batin, umat Islam mengemban amanah untuk menjadi umat teladan (uswah) dan harus ikut berpartisipasi mengawal peradaban duni ini adalah merupakan tujuan iman umat Islam secara sosial adapun butir butir rukun iman selain yang enam, adalah; percaya sepenuh hati tanpa ragu terhadap hal hal sebagai berikut; 1). Bangkit di alam kubur 2). Padang mahsyar. 9). Surga dan neraka. 10). mencintai Allah 11), hormat dan takut kepada Allah. 12). tawakkal kepada Allah setelahnya maksimal berusaha dan doa, 13). mengharap ridla Allah 14). mencintai Nabi Muhammad 15). menghormati Nabi 16). setia pada Islam 17). menuntut ilmu 18). menyebarkan ajaran Islam, 19). memuliakan dan mencintai Al Qur an seperti nabi dan shahabatnya, 20). suci jasmani dari najis,suci ruhani dari sifat tercela, suci pebuatan dari dosa, 21). iman dan amal sholeh dilakukan karena Allah 22). jujur dll, mengikuti dan mentaati agama yang diturunkan Allah merupakan tujuan utama beriman adapun tujuan tujuan perinciannya secara individu adalah: a. Menentukan orientasi kehidupan Akidah Islam menentukan orientasi kehidupan yang benar kepada ummat Islam dalam bertingkah laku, mendorong mereka untuk melakukan amal kebajikan. Orintasi yang dimaksud adalah niat yang ikhlas yang terkandung dalam setiap perbuatan manusia. sebagai bekal menempuh kehidupan di akhirat kelak. b. Menentramkan jiwa dan menghilangkan keraguan. Akidah Islam yang menguatkan dan memantapkan keyakinan akan kebenaran ajaran Islam agar mampu menghapuskan sifat-sifat tercela yang bersarang dihati penganut Islam. Islam diterima sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah 2: 2-5; “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. َي ﴿ ُتهقي م ْ ل ي ُهًدى ل يهي ْ َب في ي َ َٰ ُب ََل ر يكتَ ْ ل ي َِل ٱ َذ ٢َٰ ﴾ c. Membangkitkan rasa ketuhanan Manusia adalah makhluk religi yaitu makhluk yang memiliki naluri beragama, naluri tersebut sudah ada semenjak manusia hidup dialam kandungan telah terjadi perjanjian primordial antara seorang hamba dengan Allah, sehingga melahirkan 7 kesadaran akan kehadiran Allah pada dirinya setiap saat sampai akhirnya ia menjadi pribadi yang jujur.dan muhsin (QS. Al-A’raf 7: 172); قَ ُُۡكُۖ ي ب َ ۡس ُت يبر َ َٱل ۡ ٓ َٱنُف يسيهم َلٰ َٱ ۡشَهَدُِهۡ عَ َ َِتُم و ه ريي ا َدَم مين ُظُهويريِه ُذ َ َيِن ء َك مين ب ُّ ب َ ذَٱ َخَذ ر ِ ا َ ۡ و َم َو ي ْ وا ُ َٱن تَُقول َشيهۡدَنٓۚٓ َلٰ َ ب ْ وا ُ ال َي ي ل في َٰ َذا غَ َٰ نها َع ۡن َه هن كُ ِ ا َةي َٰم َ ي قي ۡ ل ٱ ١٧٢ Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf 7: 172) Secara esensial manusia dimuliakan karena amal ketakwaannya. Bukan karena keturunan, warna kulit atau kewargaannya, bukan pula pangkat, harta dan jabatan yang disandangnya. Keyakinan tersebut akan membuat manusia terlepas dari penindasan, perbuatan, karena itu bertentangan dengan akidah Islam yang diyakininya. d. Memberikan kepastian Akidah Islam memberikan pedoman hidup yang pasti dan pegangan kuat, supaya dapat membedakan mana yang baik yang harus dijalankannya, dan mana yang buruk yang harus dijauhi. (QS. Al Baqarah 2: 185); َن َشيه قَا يۚٓن فَم ۡ ُفر ۡ ل ٱ َ ُهَد ٰى و ۡ ل َن ٱ ّٖت مي َٰ ينَ َي ب َ لنهايس و ي ُن ُهٗدى ل ا َ ۡء ُقر ۡ ل ٱ يهي ُٱن يزَل في ٓي هَّلي َن ٱ ََم َضا َ َم َشۡهر ن ُ ر و ُۖ ُه ۡ َ ُصم ي ۡ فَل َ ل هشۡهر ُُُك ٱ ن َد مي ُُُك هُّلِليب يري ُد ٱ ُ ََۗ ي ُٱ َخر هَّيم ۡن َٱ مي ٞ هدة فَعي ّٖ َلٰ َسَفر ۡ عَ ََكَن َميري ًضا َٱو َلٰ هَّلِل عَ ٱ ْ َك ِب يُوا ُت ي ل َ هدَة و عي ۡ ل ٱ ْ ُوا ۡيۡكل ُت ي ل َ ُع ۡ َۡس و ۡ ل ُُُك ٱ يري ُديب ُ ََل ي َ يُ ۡ َۡس و ۡ ل ٱ ُوَن ُُۡك تَ ۡش ُكر ه َعل َ ل َ ُُۡك و َما َهَدى ١٨٥ٰ Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” 8 e. Berani berjuang membela kebenaran dan keadilan. Akidah Islam akan mendorong manusia berani berjuang menegakkan kebenaran, berani dalam pengertian bahwa seseorang mempunyai kesiapan untuk menyatakan kebenaran. Kebenaran yang sudah mendarah daging dalam kehidupannya.akan membuat Dia rela terhina dihadapan manusia karena menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan demi menegakkan ajaran-ajaran Allah. f. Bertawakal setelah berikhtiar maksimal. Seseorang yang memiliki dan kuat akidahnya meyakini bahwa segala sesuatu akan berhasil atau gagal karena kehendak dari Allah. Tugas utama manusia adalah bekerja, ikhtiar, evaluasi dan berdoa berdasarkan ketetapan yang benar, sedangkan hasilnya diserahkan pada Allah atau bertawakkal sambil meneliti ulang kekurangan dan kelebihan dalam berikhtiar tersebut. 3. Kelebihan Akidah Islam Beberapa kelebihan akidah Islam dibandingkan akidah akidah yang lainya antara lain: a. Akidah Islam terjaga keasliannya sebagaimana diturunkan kepada nabi Muhammad QS. al-Hijr: 9; في ُظوَن َٰ َح َ هن ََلُ ۥ ل ِ ا َ َ و يَّلكۡر نَا ٱ ۡ َهزل ُن ن هن ََنۡ ِ ا ٩ Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. b. Akidah Islam mengoreksi dan memperbaiki akidah akidah yang terdahulu yang telah menyimpang c. Akidah Islam selaras dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah dengan membawa Fitrah (diniyah) yaitu meyakini dan beribadah kepada Allah QS. Al-A’raf: 172 ُُۡكُۖ ي ب َ ۡس ُت يبر َ َٱل ۡ ٓ َٱنُف يسيهم َلٰ َٱ ۡشَهَدُِهۡ عَ َ ۡ و َِتُم ه ريي ُذ ا َدَم مين ُظُهويريِهۡ َ َيِٓن ء ۢن ب َك مي ُّ ب َ ۡذ َٱ َخَذ ر ِ ا َ ا و وْ ُ َٱن تَُقول َشيهۡدَنٓۚٓ َلٰ َ ب ْ وا ُ قَال َي ي ل في َٰ َذا غَ َٰ نها َع ۡن َه هن كُ ِ ا َةي َٰم َ ي قي ۡ ل ۡ َم ٱ ي ١٧٢َ و Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari 9 kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orangorang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" d. Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia, sehingga tidak ditemukan pertentangan di dalamnya. 4. Tujuan Akidah Islam Tujuan akidah Islam adalah: a. Memurnikan niat dan ibadah hanya kepada Allah semata, karena Allah itu satu dan tiada sekutu bagi-Nya b. Memberikan Batasan kepada akal dan fikiran dari tindakan diluar petunjuk yang menyebabkan kerusakan c. Keteangan jiwa dan pikiran, sehingga jiwa tidak gundah dan pikiran tidak kacau d. Selamatnya tujuan dan perbuatan manusia dari penyimpangan didalam beribadah kepada Allah maupun dalam pergaulan dengan makluk e. Keteguhan hati dan kesungguhan dalam segala urusan amal sholih 5. Hubungan antara Akidah dan akhlak Akidah dan akhlak adalah bagian penting dalam syariat Islam, keduanya merupakan kesatuan dan memiliki hubungan timbal balik. Pola hubungan akidah dan akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, Akidah melahirkan Akhlak, sebagaimana dijelaskan dalam kaitan Iman Islam dan Ihsan, akidah merupakan Usul (dasar) yang menjadi Pondasi Amaliyah Ibadah maupun akhlak, oleh kerenanya Akidah yang benar akan melahirkan akhlak yang baik. Terlebih lagi akidah sebagai konsepsi keimanan tidak hanya berupa keyakinan dalam hati, melainkan juga harus diikrarkan dengan lisan serta diwujudkan dalam tindakan, maka ketika seorang muslim meyakini bahwa Allah dan Rasul-Nya harus lebih dicintai melebihi yang lainnya maka keyakinan ini tidak cukup hanya di dalam hati tetapi harus diwujudkan dalam ucapan dan perbuatannya. Oleh kerena itu seringkali Allah dalam al-Qur’an selalu menghubungkan antara iman dan amal sholeh. Kedua, akhlak karimah menambah keimanan kepada Allah. Karena iman bisa berkurang dan bisa bertambah, berkurangnya karena maksiat dan bertambahnya dengan 10 ketaatan, maka sudah seharusnya manusia meningkatkan keimanannya dengan senantiasa taat kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang salah satunya adalah akhlakul karimah, oleh karenanya dengan membiasakan kahlakul karimah akan menambah keimanan kita karena kita taat dengan perintah Allah. B. Iman kepada Allah 1. Iman Kepada Allah Iman kepada Allah adalah bagian terpenting dalam akidah Islam. Iman kepada Allah ini merupakan pesan dakwah Rasul yang pertama kali didakwahkan Rasulullah, rasulullah datang menyampaikan wahyu menyeru manusia untuk beribadah menyembah Allah semata, melarang segala penyekutuan Allah dengan suatu apapun maka tradisi arab jahiliyah yang menyembah berhala ditolak oleh Islam. Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu dan bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, satu satunya Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang menyerupai-Nya suatu apapun termasuk dalam sifat dan asma-Nya inilah tauhid yang merupakan pokok dari keimanan kepada Allah. Keimanan sebagai mana dijelaskan di atas didalamnya meliputi: keyakinan dan membenarkan dalam hati, mengungkapkan secara lisan serta mengimplementasikannya dalam perbuatan. Keimanan adalah keyakinan yang selaras antara hati, lisan dan perbuatan. Begitupun keimanan kepada Allah adalah meyakini dan membenarkan dalam hati, diucapkan atau diikrarkan melalui lisan dan diwujudkan melalui tindakan dalam perbuatan. 2. Tauhid Asli makna tauhid adalah: keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu bagiNya, Secara Bahasa tauhid bentuk infinitif dari kata wahhada yuwahhidu tauhiidan yang berarti mengesakan. lebih rinci lagi tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat Wajib Allah, sifat yang Jaiz bagi Allah dan sifat sifat mustahil bagi Allah yang harus dinafikan, serta membahas tentang Rasul dan ketetapan risalahnya apa yang wajib bagi rasul, Jaiz dan apa yang tidak boleh ada pada Rasul. 11 Tauhid atau keesaan Allah adalah bentuk puncak dari pengenalan hamba kepada Allah bahkan ketika Allah mengenalkan dirinya kepada makhluk-Nya adalah mengenalkan bahwa Allah maha esa. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di dalam surat Al-Ikhlas ayat 1 - 4. َحٌد هُّلِل َٱ ٱ قُ ۡل ُهو ١ُ د َ َ هصم ل هُّلِل ٱ ُوََل ٱ ٢ۡ ي ۡ م َ ل َ يِۡل و َ ي ۡ م َ ل ٣ َحُدۢ ا َٱ ً ُفو ُكن هَلُ ۥ كُ َ ي ۡ م َ ل و ٤َ Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad)!: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 1, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 2., Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,3. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". 4. Dalam surat Al-Ikhlas Allah mengenalkan dirinya sebagai dzat yang Maha Esa (ahad). Kata Ahad yang digunakan dalam surat Al-Ikhlas memiliki makna yang berbeda dengan kata Wahid. Jika seseorang mendengar kata Wahid maka akan terlintas dalam pikirannya 2 dan seterusnya atau terlintas dalam benaknya ketiadaan. Tetapi jika kata Ahad yang dialami yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan Yang Maha Esa Maha Esa. Tidak akan terbayang kecuali yang “satu ini”. (Shihab, 2018: 34-35) Kalimat yang menjelaskan bahwa Allah itu Esa dari segi Dzat pada ayat di atas adalah kalimat “lam yalid wa lam yuulad”, yang secara harfiah berarti “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Beranak berarti terbagi, karena anak dan turunan adalah bagian dari orangtuanya. Itu sebabnya, anak pada umumnya secara fisik mirip dengan orangtuanya. Sementara Allah tidak beranak, artinya secara Dzat tidak terbagi kepada bagian-bagian. Diperanakkan, artinya dilahirkan, karena dilahirkan maka dia membawa unsur/gen dari orang yang melahirkannya (orangtuanya). Demikian juga, manusia bisa hidup (eksis) di muka bumi disebabkan kombinasi dan persenyawaan antara tiga unsur pokok, yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Salah satunya tidak ada, maka manusia tidak akan bisa hidup. Sementara Allah tidak diperanakkan. Artinya, Allah tidak berasal dari mana dan siapa, karenanya tidak mirip dengan siapa dan apa, serta wujudnya Allah secara Dzat tidak dibentuk oleh banyak unsur. Dalam kalimat lain, bahwa Allah secara Dzat, tidak terbagi kepada beberapa unsur dan tidak terdiri dari beberapa unsur. Allah adalah unsur tunggal (Ahad). Karenanya pada akhir ayat surat Al-Ikhlash, Allah menegaskan bahwa “tidak ada sesuatu apapun yang bisa menyamai/menyerupai Allah (dari segi Dzat). Karena pentingnya tauhid dalam syariat Islam maka ilmu akidah disebut juga dengan ilmu tauhid. Penamaan ilmu akidah dengan ilmu tauhid ini mengingat Tauhid adalah bagian paling penting dalam akidah, karena membahas ke-Esaan Allah di dalam 12 Dzat maupun sifat-Nya dalam menciptakan Alam semesta, dan Allah adalah satu satunya tempat kembali dan akhir segala tujuan. Inilah tujuan besar diutusnya Nabi Muhammad SAW. Tauhid atau meng-Esakan Allah adalah misi dari para Rasul, setiap rasul diutus untuk menyeru kaumnya kepada tauhid. Hingga nabi Muhammad saw diutuspun esensi dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah tauhid. Tauhid sebagai esensi dari Islam mengandung arti bahwa setiap aktivitas manusia senantiasa berorientasikan transcendental, mengharap ridho Allah semata. Dan sebagai pengalam keagamaan maka tauhid menjadi inti dari aqidah Islam (iman) Al-Faruqi (1986) menjelaskan bahwa tauhid sebagai pandangan dunia memiliki tiga prinsip yang terkandung didalamnya: pertama, dualitas artnya tauhid menjelaskan bahwa realitas bersifat ganda ada Tuhan dan bukan Tuhan, maka, tauhid dalam hal ini secara tegas memsisahkan Tuhan dan yang bukan Tuhan. Kedua, ideasionalitas, yakni hubungan antara dua tatanan realitas bersifat ideasional. Titik rujjuknya adalah kekuatan pemahaman. Ketiga, teleologi yakni, hakikat alam ini bertujuan untuk melayani tujuan pencipta-Nya sesuai dengan rencana-Nya. (Sirait, 2013: 11) Di terangkan di atas bahwa tauhid adalah misi dari para Rasul, sehingga tauhid juga merupakan landasan dari agama agama samawi, al-Qur’an menjelaskan bahwa para nabi dan rasul menyeru untuk meng-Esakan Allah, missal nya dalam Q.S. al-A’raf (7): 59; 65; 73; 85. ّن يٓ َٱ ِ ٓ ا غَۡريُُهۥ ََلَٰ ِ ۡن ا ُُك مي َ هَّلِل َما ل ٱ ْ ُدوا ُ ۡعب ٱ ي ۡم قَو َٰ َ ۦ فَقَا َل ي ۡميهي ََلٰ قَو ِ َا نُوًحا ا ن ۡ ۡرَسل قَ ۡد َٱ َ ل ّٖ َعيظمي ۡم َو َذا َب ي ُُۡك عَ ۡ ي َخاُف عَل ٥٩َ Artinya:“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (Q.S. al-A’raf (7): 59} ََلٰ ِ ا قَا َل َ ٓۚ ِۡه ُهوٗدا د َٱ َخا ُ ي و عَا ۡم قَو َٰ َ ي ٱ ۡع ْ ُدوا ُ ب ۡن ٱ هَّلِل ُُك مي َ َما ل ََلَٰ ِ ٓ ا ۚٓ ُقوَن ُُهۥ َال غَۡري تَته َٱفَ ٦٥ Artinya:“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ´Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dariNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”.(Q.S. al-A’raf (7): 65) ََلٰ ِ ا َ ِۡه ُموَد َٱ َخا ُ و ثَ ٓۚ ٗحا ي ل َٰ قَا َل َص ي ۡم قَو َٰ َ ي ٱ ۡع ْ ُدوا ُ ب ۡن ٱ هَّلِل ُُك مي َ َما ل ََلَٰ ِ ُري ُُك ۥ قَ ۡد ُهُۖ ا غَۡ ۡ ت َ ء َجآ ٞ ب ن َيي نَة م ي ُُۡكُۖ ي هرب ۦ يذهي َٰ َنقَُة َه ٱ ي ُُۡك هّلِل َ ل ُۖ ٗة َ اي َ ء ُروَها ُك فَ َذ ۡ ۡريض تَٱأ يِٓف ۡ َٱ ٱ ُۖ ي ُس هّلِل َ ُّسوَها بي ََل تَم َ و ٓوءّٖ ۡ ٱأ َ فَي كُۡ َذ ُخذ ا ٌب َ عَ َٱل ٧٣ يميٞ 13 Artinya:“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih" (Q.S. al-A’raf (7): 59) ََلٰ ِ ا َ و َمۡد َن َ َٱ َخا ُِهۡ ي ٓۚ ا ٗ ب ۡ ُش قَا َل َعي ي ۡم قَو َٰ َ ي ٱ ۡع ْ ُدوا ُ ب ۡن ٱ هَّلِل ُُك مي َ َما ل ََلَٰ ِ ُُك غَۡري قَ ۡد ُُه ا ۥُۖ ۡ ت َ ء َجآ ٞ ب ن َيي نَة م ي ُُۡكُۖ ي هرب ْ فُوا ۡ فَٱَو ٱ ل َل ۡ ۡ َكي َ و ٱ ۡ َن ل يم َزيا ۡ ََل تَب َ ا و َخُسوْ َس ٱ لنها َٱ ۡش ُِهۡ َ ء آ َ ََل ي ا يِف َ و تُۡف يسُدوْ ٱ َ َۡعَد ۡ لۡريض ب ٓۚ يحَها َٰ َ ۡصل ِ ي ُُۡك ا ل َذَٰ ٞ ُُۡك َخۡري ل ن ه ِ ا نُُت ك َي ُ ي ن ُّمۡؤم ٨٥ ي Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu´aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman" (Q.S. al-A’raf (7): 85; Al-Qur’an dalam menerangkan tentang tauhid dengan beberapa bentuk antara lain: Al-Qur’an mengabarkan tentang ke Esaan Allah; al-Qur’an menyeru untuk menyembah dan beribadah hanya kepada Allah semata; dalam al-Qur’an menerangka Perintah Allah (yang harus ditaati) juga larangan-larangan Allah (yang harus dijauhi) serta kewajiban taat kepada Allah yang hal ini adalah manifestasi dari nilai tauhid; serta dijelaskan didalam al-Qur’an balasan bagi Ahli Tauhid maupun orang yang melenceng dari tauhid. Ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu kalam, hal ini karena masalah yang paling masyhur yang menjadi perbedaan pendapat di antara para ulama adalah permasalahan tentang kallamullah apakah hadis atau qadim. Atau karena ilmu ini membangun argumentasinya dengan dalil rasional akal. Tujuan akhir dari ilmu tauhid adalah makrifatulloh dengan segala sifat-sifatnya yang wajib dan mensucikan darisifat-sifat yang mustahil bagi Allah serta membenarkan para Utusan utusan Allah dengan penuh keyakinan yang dapat menentramkan jiwa yang bersandar pada dalil tidak hanya sekedar taqlid. 14 3. Macam macam Tauhid a. Tauhid Rububiyah Arti kata Rabb, merupakan bentuk infinitif (Mashdar) dari kata Rabba Yarubbu yang berarti menata, memelihara, membimbing, juga berarti sesuatu yang tumbuh dari satu kedaan menuju keadaan yang sempurna. Dari beberapa ayat al-Qur`an yang memuat kata Rabb, di antaranya menjelaskan bahwa Allah adalah Dzat Pencipta, Penata, Pemelihara, dan Pembimbing alam semesta. Di antaranya dapat dilihat dalam QS. AlFatihah/1: 2; QS. Al-Anbiya`/21: 56; QS. Asy-Syu’ara/26: 28; Ash-Shaffat/37: 5, dan lain-lain. Tauhid Rububiyyah artinya kita harus meyakini dengan sepenuh hati, bahwa Allah adalah Dzat pencipta, pemelihara, dan penata alam yang sempurna. Keyakinan terhadap Allah sebagai Pencipta merupakan naluri bawaan yang telah ditanamkan Allah sejak manusia berada dalam rahim sang ibu, yang dalam al-Qur`an disebut dengan fithrah. Hal itu dapat dilihat dalam QS. Ar-Ruum/30: 30, QS. Al-A’raf: 172. ۚٓ َذَٰ هّلِلي يق ٱ ۡ َخل ي يدي َل ل ۡ ۚٓ ََل تَب ۡۡيَا َ َس عَل لنها ٱ َ يِت فَ َطر ه ل ٱ هّلِلي َت ٱ َ في ۡطر ٓۚ يٗفا ي ين َحن يِلي ي َۡۡج َك ل َ ۡ و لنهايس فَٱَقيم كََۡثَ ٱ َ يكهن ٱ َٰ َ ل َ ُ و ميي قَ ۡ ل ُن ٱ ي َلي ي َِل ٱ ُوَن م َ َۡعل ََل ٣٠ ي Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Ruum/30: 30) ُُۡكُۖ ي ب َ ۡس ُت يبر َ َٱل ۡ ٓ َٱنُف يسيهم َلٰ َٱ ۡشَهَدُِهۡ عَ َ ۡ و َِتُم ه ريي ُذ ا َدَم مين ُظُهويريِهۡ َ َيِٓن ء ۢن ب َك مي ُّ ب َ ۡذ َٱ َخَذ ر ِ ا َ ۡ و َم َو ي ْ وا ُ َٱن تَُقول َشيهۡدَنٓۚٓ َلٰ َ ب ْ وا ُ قَال َي ي ل في َٰ َذا غَ َٰ نها َع ۡن َه هن كُ ِ ا َةي َٰم َ ي قي ۡ ل ٱ ١٧٢ Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf: 172) Pengakuan atas ke Esaan dan Rububiyah Allah adalah Fitrah manusia, dan sebaliknya Syirik merupakan sesuatu yang baru (bukan fitrah Manusia). Jadi seandainya Fitrah manusia ini tidak terpengaruh hal-hal yang menyimpang pasti akan mengarah pada Tauhid sebagaimana ajaran yang dibawa Rasulullah, akan tetapi karena Pendidikan dan 15 lingkungan yang menyimpang dari ajaran Islam sehingga merubah arah fitrah manusia mengikuti Pendidikan atau lingkungannya. Demikian disampaikan oleh Rasulullah SAW: ك مولود يوَل عل الفطرة فٱأبواه هيودانه أٱو ينرصانه أٱو ميجسانه ... Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani) 1) Makna Tauhid Rububiyah Tauhid Rububiyah adalah meng-Esakan Allah Ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Penata, dan Pemelihara alam serta segala makhluk, seperti disebtkan dalam QS. Al-Baqarah /2:21-22 هيَا ٱ ٓٱَُّ َٰ َ ُقوَن ي ُُۡك تَته ه َعل َ ي ُُۡك ل ل ۡ َن مين قَب ي هَّلي ٱ َ قَ ُُۡك و َ هَّليي َخل ُُُك ٱ ه ب َ ْ ر ُدوا ُ ۡعب ُس ٱ لنها . ٗ ء َآ يبن َ ء آ َ هسم ل ٱ َ ٗشا و َٰ َ ۡرَض فير َ لۡ ُُُك ٱ َ هَّليي َجَع َل ل ٱ َٱ َ َٱن َداٗدا و ي ْ يّلِله ُوا َعل َال ََتۡ فَ ُُۡكُۖ ه يت يرۡزٗقا ل َٰ َ َر لثهم َن ٱ ۦ مي َ َج يبهي فَٱَ ۡخر ٗ ء َمآ ءي آ َ هسم ل َن ٱ َزَل مي َٱن ُموَن َ َ ۡعل ُۡت تَ و نُ Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui”. Allah juga pemberi rizki kepada setiap makhluk manusia atau lainnya QS Hud: 6 يرۡز هّلِلي َل ٱ هَل عَ ِ ۡريض ا َ لۡ ّٖة يِف ٱ ه َ َما مين َدآب ّٖي و ُّميب َٰ ّٖب تَ يِف كي ٞ ۚٓ ُك َدَعَها ۡ ۡ تَو ُمس َ َها و ه ۡ تَقَر َۡعَملُ ُمس ي َ َها و قُ Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” Serta meyakini bahwa Allah adalah raja dari segala raja yang mengatur alam seluruhnya, maha kuasa atas segala sesuatu QS. Ali Imran 26-27. َمن ِۡلَ ُ م ۡ ل تُ ۡؤيِت ٱ ِۡلي ُ م ۡ ل ي َِل ٱ َٰ َم ه ُهم ه لل يل ٱ قُ ُۖ َخۡريُ ۡ ل يدَك ٱ َ ُۖ يبي ُ ء ُّل َمن تَ َشآ يذ تُ َ ُ و ء ز َمن تَ َشآ ُّ تُعي َ ُ و ء هن تَ َشآ م ِۡلَ مي ُ م ۡ ل تَ يزنُع ٱ َ ُ و ء تَ َشآ ( ّٖء قَ يديرٞ ُكي ََشۡ َلٰ نه َك عَ ِ ي يت ا 26 ي َ م ۡ ل َن ٱ مي ه َحي ۡ ل يرُج ٱ ُُتۡ َ يلُۖ و ۡ ي ه ل يِف ٱ َ لهَنَار ُج ٱ ي تُول َ لهَنَاير و َل يِف ٱ ۡ ي ه ل ُج ٱ ( تُول َن ي ي َت مي ي َ م ۡ ل يرُج ٱ ُُتۡ َ و ّٖب يحَسا يبغَۡريي ُ ء ُزُق َمن تَ َشآ ۡ َر ت َ ُۖي و َحي ۡ ل ٱ Artinya: “Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau 16 hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (26) Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS. Ali Imran 26-27) b. Tauhid Uluhiyah Arti kata ilah,yang terdiri dari tiga huruf: hamzah, lam dan ha’ dalam Mu’jam alLughah memiliki arti antara lain: 1. Menyembah seperti dalam kata alaha–ilaahatan-uluhatan 2. Berlindung atau merasa aman dan tentram seperti dalam kalimat alahtu ila fulanin 3. Tertutup seperti arti kata laaha yaliihu laihan 4. Rindu atau cinta seperti dalam kalimat Alaha al-fasiil bi ummihi 5. Menghadap seperti dalam kalimat Alaha ar-Rajulu ila ar-Rajuli 6. Meminta pertolongan seperti dalam kalimat Alaha ar-Rajulu ya’lahu Dalam kaidah Bahasa arab kata yang memiliki materi (huruf yang membentuknya) yang sama maka memiliki keterkaitan diantaranya. Begitu juga dengan kata-kata di atas jika diamati memiliki keterikatan makna bahwa tuhan adalah tempat kita merasa aman dan tentram untuk meminta pertolongan dan perlindungan kepada-Nya yang kita cintai, rindukan dan disembah. Maka makna laailaha illallahu mengandung makna tersebut. Makna Tauhid Uluhiyah Tauhid uluhiyah adalah meng-Esakan Allah dalam setiap perbuatan (ibadah) manusia yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai syariat, seperti dalam sholat, do’a, nadzar, kurban, pengharapan, takut, tawakkal dan cinta. Tauhid uluhiyah mengandung arti bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, kepada Allahlah kita beribadah, memohon pertolongan dan perlindungan, kepada-Nya kita berharap dan takut. Tauhid uluhiyah mengandung makna tiada Tuhan yang layak dan wajib disembah selain Allah. Inilah misi dakwah rasul dari awal hingga akhir. Di antara ayat yang menjelaskan tentang itu terdapat dalam QS. Thaha/14: 17 يرٓي ٰوَة ييَّلكۡ َ هصل ل ٱ ي َٱقيم َ ۡديّن و ُ ۡعب فَٱ هَلٓ َٱَن۠ ِ ََلََٰ ا ِ ا هُّلِل ََلٓ يِٓن َٱَن ٱ نه ِ ا Artinya: “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” Keimanan kepada Allah mengandung makna bahwa seseorang yang beriman kepada Allah disamping meyakini bahwa Allah itu ada, juga yakin akan ke-Esaan Allah dalam Dzat-Nya, menyakini Pula Bahwa Allah Esa dalam Sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya dan diwujudkan dengan Beribadah hanya kepada Allah. 4. Sifat Allah Salah satu bentuk perwujudan dari iman kepada Allah adalah percaya akan keEsaan Allah dalam Asma’ dan Sifat-Nya, yaitu bahwa tidak ada suatu apapun yang menyerupai Sifat Allah dalam kesempurnaan dan kualitasnya. Kecuali itu, juga penting diyakini bahwa seluruh Nama dan Sifat Allah yang ada dalam Asma` al-Husna, semuanya baik/bagus (al-husna), dan tidak ada Nama dan Sifat yang buruk pada Allah SWT. Hal itu dapat dipahami dari beberapa ayat, yaitu Q.S. Al-A’raf/7: 180; Thaha/20: 8; AlHasyr/59: 24; dan Al-Isra`/17: 110. Dalam menerangkan sifat Allah dan meneguhkan ke-Esaan Allah, kalangan teolog pengikut As’ariyah mengklasifikasikan Sifat Allah Menjadi Tiga, Pertama, sifat wajib (yang harus ada pada Allah) ada 20 sifat; kedua, Sifat Mustahil (yang tidak boleh ada pada Allah) yang merupakan kebalikan atau lawan dari sifat Wajib jumlahnya juga 20 sifat dan Ketiga, sifat Jaiz (boleh) ada satu sifat, yang kemudian digabung dengan 4 sifat wajib Rasul, 4 sifat Mustahil rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul genap 50 sifat, sehingga sering juga dikenal dengan “‘aqidatul Khomsuun” atau aqidah lima puluh. Tabel.1 Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah No Sifat Wajib Arti Sifat Mustahil Arti 1 Wujud (وجود (Ada Adam (أدم (Tiada 2 Qidaam (قدام (Terdahulu Huduuts| (حدوث (Ada yang mendahului 3 Baqaa` ( بقاء (Kekal Fanaa` (فناء (Musnah 18 No Sifat Wajib Arti Sifat Mustahil Arti 4 Mukhaalafatu Lil-Hawaadisti )مخالفة للحوادث( Berbeda dengan Makhluk Mumaatsalatu Lil- مماثلة ) Hawaditsi )للحوادث Ada yang menyamai 5 Qiyaamuhu bi- قيامه ) Nafsihi )بنفسه Berdiri Sendiri Ihtiyaaju LiGairihi( لغيره احتياج) Memerlukan (membutuhkan) yang lain 6 Wahdaaniyah )وحدانية( Esa Ta’adud (تعدد (Berbilang (banyak) 7 Qudrah (قدرة (Kuasa ‘Ajzun (عجز (Lemah (tidak berkuasa) 8 Iraadah (إرادة (Berkehendak Karaahah (كراهه (Terpaksa 9 Ilmun (علم (Mengetahui Jahlun (جهل (Bodoh 10 Hayat (حياة (Hidup Mautun ( موت (Mati 11 Sama’ ( سمع (Mendengar Shummun ( صم (Tuli 12 Bashar (بصر (Melihat ‘Umyun (عمي (Buta 13 Kalaam (كالم (Berfirman Bukmun (بكم (Bisu 14 Qadiriian(قديرا (Maha Kuasa ‘Aajizan (عاجزا (Yang lemah 15 Muriidan (مريدا (Maha Berkehendak Mukrahan (مكرها (Yang terpaksa 16 ‘Aaliman (عالما (Maha Mengetahui. Jaahilan (جاهال (Yang bodoh 17 Hayyan (يا ح (Maha Hidup Mayyitan (ميتا (Yang mati 18 Samii’an (سميعا (Maha Mendengar Ashammu ( أصم (Yang tuli 19 Bashiran (بصيرا (Maha Melihat A’ma (عم ْأ (Yang buta 20 Mutakalliman )متكلما( Maha Berfirman Abkam (كمْأب (Yang bisu Sedangkan Sifat jaiz Allah SWT. berarti sifat kebebasan Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak 19 terikat oleh apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib mengimani sifat jaiz bagi Allah. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya satu, yaitu: ُه ْركُ َ ْو ت ٱ َ يك ن ْ ْع ُل ُمم في Artinya: “Allah SWT memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala sesuatu yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk meninggalkannya”. Sifat jaiz bagi Allah dijelaskan dalam salah satu firman-Nya, Q.S. al- Qashash [28]: 68 َهَعا يُ ۡۡشيكُوَن َلٰ َٰ َع تَ َ و هّلِلي َٰ َن ٱ ۡ َح ُ ب س ٓۚ ۡ يخَريَُة ل ٱ ُ هُم َ َما ََكَن ل َۗ ُر ََۡيتَا َ ُ و ء ُق َما يَ َشآ ُ َك ََۡيل ُّ ب َ َر و Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” Selain dari sifat wajib 20 menurut teologi Asy’ariyah, dalam pandangan sebagian ulama, Allah juga memiliki sifat yang jumlahnya lebih banyak yakni 99, yang dikenal dengan Asmaul Husna. Asmaul Husna, secara harfiyah bermakna “nama-nama yang baik atau bagus”. Hal itu dimasukkan sebagai sifat-sifat Allah, karena nama bagi Allah adalah sekaligus sebagai sifat Allah. Kita mengenal Allah dari nama dan sifat yang disebutkanNya di dalam al-Qur`an. Berkenaan dengan Asmaul Husna, akan dibicarakan dalam pembahasan khusus.