Jumat, 11 November 2011

FILSAFAT ILMU .

FILSAFAT ILMU
Perkembangan, Pengertian, Dan Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
A. Pengantar
Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap, evolutif. Oleh karena untuk memahami strategi pengembangan ilmu, maka kita perlu mengetahui secara global sejarah perkembangan ilmu. Karena melalui sejarah perkembangan ilmu, kita dapat memahami makna kehadiran ilmu bagi umat manusia. Sejarah perkembangan ilmu itu sendiri merupakan suatu tahapan yang terjadi secara periodic. Setiap periode menampilkan cirri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Comte menunjukan tiga stadia perkembangan pada khjususnya sebagai berikut. Tahap pertama adalah theologies yang menampakkan dominasi kekuatan adikodrati atas diri manusia, sehingga peran subjek tenggelam dalam kekuatan alam atau Tuhan. Tahap kedua adalah metafisik yang menampakkan langkah kemajuan dalam diri manusia sebagai subjek. Di sini manusia sudah mempersoalkan tentang keberadaan dirinya, namun belum mampu merealisasikan kekuatan dirinya secara maksimal bagi keperluan-keperluan yang lebioh konkret. Tahap ketiga adalah posivitistik yang memperlihatkan suatu sikap ilmiah yang paling jelas dengan segala ukuran yang jelas dan pasti, sehingga bisa dipertanggung jawabkan keasliannya. Tokoh lain yang senada dengan Comte adalan van Peursen yang menunjukkan tiga tahap perkembangan budaya (termasuk ilmu) yakni, tahap mitis yang memperlihatkan penguasaan objek (kekuatan alam) atas diri manusia (subjek). Tahap ontologism memperlihatkan kemampuan manusia mengambil jarak terhadap alam, namun belum memfungsikan alam secara maksimal. Tahap ketiga adalah tahap Fungsional di mana manusia sudah mampu memfungsikan alam bagi kepentingan dirinya. Perbedaaan antara kedua tokoh itu terletak pada saling berkelindannya ketiga tahap tersebut. Comte tidak menunjukan ketiga tahap itu sebagai hal yang saling berkelindan, sedangkan van Peursen jusru sangat menekankan hal itu.
Sejarah perkembangan ilmu dalam kebudayaan umat manusia ditengarai tidaklah terpusat di satu tempat tertentu. Penemuan penemuan empiric yang kelak mmelahirkan temuan temuan itu justru menyebar dari Babilonia, Mesir, Cina, India, Yunani, baru kedaratan Eropa. Oleh karena itu kalau manusia sekarang melihat Eropa sebagai gudang ilmu pengetahuan, maka pendapat yang demikian itu sangat ahistoris. Sejarah perkembangan ilmu menampakkan sumbangsih besar dunia Timur bagi kemajuan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini. Banyak penmemuan yang terjadi di dunia Timur yang baru dikembangkan belakangan di dunia Barat. Namun perkemabangan ilmu secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani, kemudian diakhiri penemuan penemuan zaman konteporer. Kesemuanya itu merupakan rangkaian panjang sejarah peradaban umat manusia, yang dengan kemampuan akal pikirnya selalu melangkah maju. Salah satu dorongan untuk membuat manusia melangkah ke arah kemajuan ilmiah adalah rasa ingin tahu (curiosity). Revolusi Sains, ujar Kuhn1 dalam Pengantar bukunya Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, mengubah perspektif histories masyarakat yang mengelaminya, dan perubahan itu ikut pula mempengaruhi struktur buku buku teks dan publiasi publikasi riset pascarevolusi. Contoh yang paling jelas adalah revolusi Copernicus tentang Heliosentris. Kuhl sendiri sangat menaruh perhatian terhadap sejarah sains, karena data data histories yang diperoleh dapat merupakan sumber orientasi yang lengkap dan sumber sebagian struktur masalah yang dapat dikembangkan dalam studi lebih lanjut, terutama pemahamannya tentang konsep paradigma.
Mohammad Hatta2 menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu lahir arena manusia dihadapkan perlu dua masalah, yaitu alam lauran (kosmos) dan soal sikap hidup (etik). Ilmu ilmu alam senantiasa memandang alam dari satu jurusan melaui ukuran atau metode dan saran tertentu dan peninjauan yang tertentu pula. Ilmu alam mencari keterangan mengenai alam yang bertubuh atau benda benada alam yang dapat diketahui dengan panca indra (alat tertentu yang membantu fungsi panca indra agar bekerja lebih sempurna, Pen). Cabang-cabang ilmu alam yang muncul pertama kali adalah ilmu perbintangan (astronomi) disusul matematik yang merupakan sarana berpikir. Kemudian disusul ilmu fisika, kimia, botani Zoologi, ilmu Bumi, dan lain-lainnya. Pada awalnya ilmu-ilmu alam itu hanya bersifat teoritik, manusia semata mata ingin mengetahui sifat benda-benda dan klodrat alam. Ketika manusia menerapkannya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupannya, maka timbullah ilmu-ilmu praktik seperti: teknik, agraria kedokteran dan lain-lain. Ilmu social timbul karena manusia menyadari akan adanya masalah dalam hubungan manusia dalam masyarakat. Berbagai macam segi kehidupan social dipelajari, sehingga melahirkan ilmu ekonomi, hokum, sosiologi dan lain-lain. Ilmu social juga ada yang bersifat teoritik dan praktik. Ilmu teoritik semata mata bertujuan merancang jalan untuk mencapai beberapa tujuan hidup misalnya: manajemen, ilmu pemerintahan, pedagogic (ilmu mendidik).
Perbedaaan ilmu teoritik dengan ilmu praktik, ujar Hatta, ilmu teoritik memandang ke belakang karena memikirkan keadaan masalah-masalah yang sudah berlaku dengan menyatakan hubungan sebab akibat. Ilmu praktik memandang kedepan karena mempergunakan ilmu yang ada untuk memperoleh jalan baru yang mesti ditempuh untuk mencapai satu perbaikan keadaan dan syarat hidup yang lebih sempurna. Dengan demikian pada awalnya tujuan pokok lahirnya ilmu itu adalah untuk meningkatkan taraf hidup kemanusian, bukan sebaliknya. Namun yang terjadi belakangan ini, terutama ilmu-ilmu kealaman lebih banyak dipergunakan untuk hal-hal yang mengancam kehidupan manusia seperti: pembuatan senjata nuklir.
Oeh karena itu strategi pengembangan ilmu yang peru dilakukan dewasa ini, terutama di Indonesia, harus belajar banyak pada sejarah perkembangan ilmu di satu pihak. Di pihak lain tidak mengulangi kesalahan yang sama, terutama dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu terapan yang dapat diibaratkan pisau bermata dua. Di satu sisi ia mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, di sisi lain ia mengandung risiko merusak kehidupan manusia.

B. Periodesasi Perkembangan Ilmu
Perkembangan ilmu dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa periode berikut :
1. Periode pra-Yunani Kuno
Yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Pertama, know how dalam kehidupan sehari-hari yang sidasarkan pada pengalaman.
Kedua, Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
Ketiga, Kemampuan menemukan abjad dan system bilangan alam sudah menamp[akkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstrak.
Keempat, kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
Kelima,kemampuan meramalkan peristiwa atas dasar peristiwa peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya: Gerhana Bulan dan Matahari.

2. Zaman Yunani Kuno
Zaman yang dipandang sebagai zaman keemasan
Filsafat ini memiliki cirri-ciri sebagi berikut:
Pertama: pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide pendapatnya.
Kedua: masyarakat pada masa ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi, yang dianggap sebagai suatu bentuk pseudo-rasional.
Ketiga: masyarakat tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli piker-ahli piker terkenal sepanjang masa.

3. Zaman Pertengahan (Middle Age)
Era Pertengan ini ditandai dengan tampilnya para theology di lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia Eropa. Para Ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para Theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia, abdi agama. Namu di Timur terutama negara-negara Islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada Zaman Pertengahan lebih berkutat pada masalah-masalah keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya-karya Yunani, dan berhasil temuan di lapangan ilmiah lainnya.
Peradaban dunia Islam, terutama pada Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 Masehi, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Sedangkan kebudayaan Islam yang menaklukkan Persia pada abad 8 Masehi telah mendirikan sekolah Kedokteran dan Astronomi di Jundishapur. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam, dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani, dan bahkan Khalifah Al-Makmun telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad 9 Masehi.
Sumbangan sarjana Islam dapat diklarsifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu:
1. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.
2. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
3. Menegaskan system decimal dan dasar-dasar aljabar.
Pada jaman abad tengah, ketika manusia Eropa berada dalam masa tidur panjang akibat pengaruh dogma-dogma agama, maka kebudayaan Islam di jaman dinasti Abbasiyah berada pada puncak keemasannya. Ali Kettani3 menengarai kemajuan umat Islam pada masa itu lantaran didukung oleh semangat sebagai berikut:
(1). Universalism
(2). Tolerance
(3). International character of the market
(4). Respect for science and scientist
(5). The Islamic mature of both the ends and means of science.
Universalisme artinya pengembangan Iptek mengatasi sekat-sekat kesukuan, kebangsaan, bahkan keagamaan. Toleransi artinya sikap tenggangarasa dalam pengembangan Iptek dimaksudkan untuk membuka cakrawala di kalangan para ilmuwan, sehingga perbedaan pendapat dipandang sebagai pemacu ke arah kemajuan, bukan sebagai penghalang. Di zaman dinasti Abbasiyah perpustaan Darul Hikmah membuka pintu terhadap para ilmuwan non muslim untuk memanfaatkan dan memelajari berbagai literature yang ada di dalamnya. Pemasaran terhadap hasil-hasil Iptek merupakan suatu wahana untuk menjamin kontinyuitas aktivitas ilmiah itu sendiri, arena itu pasar yang bersifat internasional sangatlah dibutuhkan. Penghargaan yang tinggi dalam arti, setiap temuan dihargai secara layak dan memadai sebagai hasil jerih payah atau usaha seseoarang atau sekelompok orang. Akhirnya, sarana dan tujuan Iptek haruslah terkait dengan mnilai-nilai agama artinya, setiap kegiatan ilmiah tidak bioleh bebas nilai, apalagi nilai agama. Sebab ilmuwan yang melepaskan diri dari nilai0nilai agama akan terperangakap pada arogansi intelektual, dan menjadikan perkemabngan Iptek yang depersonalisasi dan dehumanisasi.
Zaman keemasan Islam (Golden Age) itu ditandai dengan kemajuan pesat ilmu mnatematika yang membangun mode matematika baru dengan memperkenalkan system decimal. Filsuf muslim Al-Khawarizmi yang mengembangkan trigonometri engan memperkenalkan teori sinus dan cosinus, tangent dan cotangent. Ilmu Fisika menampilkan Fisikus asal Bagdad Musa Ibn Sakir dan putranya Muhammad, Ahmad, dan Hsan yang mengarang Kitab Al-Hiyal, ynag menggambarkan hokum-hukum mekanika dan problem stabilitas. Ibn Al-Haytham (965-1039) yang mengarang Kitab Al-Manadhir, yang membuktikan hukum refraksi cahaya. Bidang astronomi pada awalnya menerjemahkan karya-karya di bidang astronomi klasik pada jaman Bani Umayah dan dilanjutkan pada jaman Abbasiyah awal. Ibn Habib Al- Fazari (777) merupakan ilmuwan Muslim pertama yang menerjemahkan karya Prolemy yang berjudul Almagest. Bidang ilmu Kimia menampilkan Jabir Ibn Hayyan Al-Kufi dari Kufah yang memiliki laboratorium dekat Bawabah Damaskus yang melakukan percobaan pada pancaindera, penggunaan metalik, dan lain-lain. Jabir menggambarkan eksperimen yang dilakukannya dalam kalimat berikut:”Pertama kali saya mengetahui sesuatu dengan tangan dan otak saya, dan saya menyelidiki sesuatu itu sampai menjadi benar, dan mencari kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya.”
Bidang ilmu kedokteran di dunia Islam sebenarnya sudah dirintis sejak Rasulullah mendirikan rumah sakit di Madinah, termasuk rumah sakit untuk angkatan Perang Islam. Ar-Razi merupakan ahli medis muslim pertama yang memimpin Rumah Sakit Rayy dekat Teheran, kemudian ia juga memimpin Rumah sakit Bagdad. Ar-Razi juga menulis buu tentang Diet, Farmakologi dan lain-lain. Buku medis lainya ditulis oleh ‘Ali Ibn Abbas Al-Ahwazi (940), Al Kitab Al-Maliki tentang teori dan praktek medis. Salah seorang tokoh jenius dalam bidang kedokteran adalah Ibn Siena yang mengarang buiku teks dalam bidang medis yang berjudul Al-Qanun, yang menjadi buku standar selama 500 tahun di dunia Islam dan Eropa. Ibn Siena juga meneliti tentang msalah anatomi, kesehatan anak, Gynaecology.
Dalam bidang geografi, para ilmuwan myslim mengembangkan jarum magnetic untuk dipergunakan dalam navigasi dan penemuan kompas, sehingga mereka berjasa dalam penemuan pulau-pulau baru dan rute laut lingakar Asia, Afrika dan Eropa. Mereka membangun kapal-kapal yang disebut dar al-sina’ah (arsenal; gudang senjata) dan setiap kapal memiliki alhinya yang dinamakan an amir al-bahr (admiral;laksamana). Ilmuwan muslim memakai metode baru untuk menemukan rute perjalanan mereka melalui tata letak bintang bintang dan peta perjalanan laut. Para petualang muslim menjelajahi Cina, Jepang, India, Asia Tengara, dan samudera India, Eropa, termasuk Skandinavia, Irlandia, Jerman, Perancis, dan Rusia. Pada abda kesembilan ahli geografi muslim, Ahmad Ibn Ya’kub Al-Ya’kubi menggambarkan perjalanannya alam Kitab Al-Buldan, dan ‘Ubayd-Allah Ibn ‘Abd-Allah Ibn Khurd Dhabah (825-912) yang mempublikasikan bukunya Al-Masalik wa Al-Mamalik (Garis Edar dan Kerajaan).

4. Zaman Renaissance (14-17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abda Tengah mulai berubah menjadi duatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman Renaissance adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas, seperti pada zaman Yunani Kuno. Pada rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia igin mencapai kemajuan (progress) atau hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.
Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah muali dirintis pada zaman Renaissance.
Ilmu penmgetahuan ang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokohnya yang terkenal seperti: Copernicus, Kepler, Galileo Galilei. Langkah-langkah ynag dilakukan oleh Galilei dalam bidang ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan (observation), penyingkiran (elimination) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati. Idealisasi, penyususnan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut, peramalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.

5. Zaman Modern(17-19 M)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance, yaitu permulaan abad XIV. Benua Eropa dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini menurut Slamet Imam Santoso4 sebenarnya mempunyai tiga sumber, yaitu:
a. Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan negara-negara Perancis. Para Pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol, kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya itu di lemabaga-lembaga pendidikan di Perancis.
b. Perang Salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negar Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.
c. Pada tahun 1453 Istambul jatuh ke tangan Bangsa Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Italia atau negara-negara lain. Mereka ini menjadi pionir-pionir bagi perkembangan ilmu di Eropa.
Tokoh yang dikenal sebagai bapak filsafat Modern Rene Descartes. Ia telah mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern. Langkah-langkah berpikir menurut Descartes adalah sebagai berikut:
a. Tidak menerima apa pun sebagai hal yang benar, kecuali kalau dioyakini sendiri bahwa itu memang benar.
b. Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah penyelesaian.
c. Berpikir runtut dengan mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d. Perincian yang lengkap dan pemeriksaaan menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan.5

6. Zaman Konteporer (abad 20 – dan seterusnya)
Di antara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, maka bidang Fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout,6 Fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsure-unsur fundamental yang membentuik alam semesta.

3 komentar:

bestfriend mengatakan...

terimakasih pak muhlasin..
salam sehat selalu,
https://marketing.ruangguru.com/bimbel

DR CAja mengatakan...

amazing post. Terimakasih ilmunya bermanfaat!

cKAja mengatakan...

keren
trims